Jumat, 30 Juli 2010

Zakat : untung hanya 2,5%

Pernahkah Anda berhitung, seberapa besarkah sebenarnya yang diwajibkan Allah atas harta yang kita dapat ? besar manakah antara yang diwajibkan Allah untuk orang lain dengan yang diberikan-Nya untuk kita ?.
Segala puji hanya milik Allah. Sebenarnya yang diminta Allah hanya 2,5%,sedangkan yang diberikan kepada kita 97,5% atau 39 kali-nya untuk dinikmati bersama keluarga. Jadi, jika seandainya uang Rp 1 juta, maka yang diwajibkan Allah hanya Rp. 25.000,- sedangkan yang kita bawa pulang jauh lebih besar, yakni Rp. 975.000,-. Belum lagi tambahan bonus, berupa janji Allah untuk memberikan keberkahan atas harta yang telah dikeluarkan zakatnya. Tapi ternyata tidak jarang yang menang justru syetan. Kita lebih suka menuruti nafsu daripada melaksanakan perintah-Nya. Na’udzubillah.
Pernahkah Anda bayangkan, bagaimana jika Allah mengubah ketentuan-Nya. Bahwa kita harus memberikan 97,5% dari harta yang kita dapatkan, 2,5% sisanya baru untuk kita. Tidak ada protes. Jika tidak mau, tidak akan masuk surga. Kita mau apa ?
Maha besar Allah yang sangat menyayangi kita, dan melindungi kita dari memakan hak orang lain.
Mari kita sambut Ramadhan dengan kesiapan diri untuk melaksanakan apa yang diperintah Allah dan meninggalkan apa yang dilarang-Nya. Mari kita laksanakan bulan latihan ini dengan sungguh-sungguh. Kemudian kita buktikan keberhasilan latihan ini dengan melaksanakan perintah Allah yang sesungguhnya tidak terlalu berat, yakni berzakat, mengeluarkan sebagian kecil dari harta kita, sebagai bukti ketatan pada-Nya. Takutlah atas ancaman-Nya jika kita tidak melaksanakan apa yang diperintahkan atas harta yang kita miliki. Allah mengancam akan merampas harta dari kita dengan cara-Nya sendiri. Tidak ada lagi tawar menawar dan transaksi. Harta tetap akan hilang, namun tidak mendatangkan pahala maupun keuntungan bagi kita.
Sebagai bagian akhir dari tulisan singkat ini, marilah kita renungkan firman Allah SWT dalam Surat Ibrahim (14) ayat 31, yang artinya :
“Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku yang telah beriman: "Hendaklah mereka mendirikan shalat, menafkahkan sebahagian rezki yang Kami berikan kepada mereka secara sembunyi ataupun terang-terangan sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada jual beli (tawar menawar) dan persahabatan (kasih sayang)”.
Semoga Allah SWT senantiasa menyelamatkan kita dari ancaman-Nya. Amin.
Wallahua’lam.

Ramadhan, saatnya menakar ketaatan kita

Kurang dari 1 bulan ke depan kita akan segera memasuki Ramadhan, syahrussiyam. Bulan dimana kita akan ditempa dengan berlatih meninggalkan perkara-perkara haram serta sebagian apa yang dihalalkan oleh Allah bagi kita, dari terbit fajarhingga menjelang waktu maghrib. Sebulan penuh latihan ini harus diikuti dengan sungguh-sungguh oleh setiap muslim yang memiliki kemampuan menjalankannya.
Rangkaian latihan pengendalian diri ini bertujuan agar derajat ketaatan kita kepada Allah SWT semakin meningkat. Puasa yang dilaksanakan dengan bersungguh-sungguh, dengan i‾manan wahtisa‾ban akan menghantarkan manusia menjadi insan yang bertaqwa (QS. Al-Baqarah : 183-184). Yakni suatu derajat ketaatan yang tinggi, dimana soerang muslim senantiasa melaksanakan apa yang diperintah Allah dan meninggalkan apa yang dilarang-Nya, bahkan jika harus bertentangan dengan nafsunya sekalipun.
Rangkaian puasa yang dijalankan kemudian ditutup dengan test awal keberhasilan latihan yang dijalankan sebulan penuh, yakni kewajiban berzakat. Khususnya zakat mal. Banyak yang berhasil melalui tahapan test dari Allah ini dengan baik dan sukses. Namun tidak sedikit pula yang gagal di tengah, atau bahkan di akhir prosesi latihan ketakwaan ini. Ketika kewaiban zakat datang kepadanya, seseorang akan berusaha sekuat tenaga untuk ‘menawar’-nya dengan berbagai alasan, dan jika mungkin terlepas dari kewajiban zakat. Nampak sekali bahwa dia lebih mencintai harta (dunia) nya melebihi ketaatan pada Allah. Renungkan sindiran Allah :
“dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan.” (QS. Al-Fajr (89) : 20)
Padahal hanya Allah saja yang lebih pantas dicintai dan dilaksanakan perintah-Nya.
Ingatlah bahwa apapun yang terjadi di muka bumi ini hanyalah sebagai ujian bagi kita, hamba-hamba Allah.
Dia menguji setiap hamba, untuk mengetahui siapakah yang paling layak mendapat imbalan surga dengan segala kenikmatannya?
Dia juga menyiapkan ancaman siksa bagi mereka yang ternyata menghabiskan kesempatan hidupnya hanya untuk ingkar kepada Allah.
Semoga Allah SWT senantiasa menyelamatkan kita dari ancaman-Nya. Amin.
Wallahua’lam.